Senin, 28 Maret 2011

Terkena kanker

Seorang bapak (sekitar 60 th-an), sangat ketakutan ketika dia harus menjalani proses ENDOSCOPY, karena dikabarkan bahwa ada kanker / tumor di livernya.

Rekan-rekan kantor, family, tentu hanya bisa mendoakan, memohon supaya Tuhan memberikan pertolongan bagi bapak itu.

Rabu, 16 Maret 2011

Sakit parah = menuju kematian ?

Seorang ibu mengakui betapa sulitnya untuk memberikan kata-kata yang menghibur bagi temannya yang sakit parah. Temannya ketakutan, jika dia akan mati.

"Ternyata bukan hal yang mudah..." kalimat itu keluar dari mulut ibu tsb.

Kamis, 17 Juni 2010

resep umur panjang, makan buah berbiji dan sayur, hidup tenang, alami

Suku Hunza tinggal di sebelah utara Pakistan. Mereka terkenal panjang umur dengan tingkat kesehatan jasmani dan rohani yang prima. Jarang ditemukan penyakit di antara mereka. Suku Hunza ini hidup dalam suasana penuh damai. Di sana tak ada penjara, polisi atau tentara. Bahkan, selama 130 tahun terakhir tak pernah ada satu kejahatan pun yang terjadi di sana (Kompas 17 Juni 2005). Bukan dongeng, tapi kenyataan.

Kita bisa mulai mewujudkannya di dalam keluarga.

Sekarang Lebih Banyak Penyakit ?

Oleh Dr. Handrawan Nadesul - DEPKES RI

Hampir pada setiap seminar, ada saja yang bertanya, apakah sekarang memang lebih banyak jenis penyakit dibanding dulu ?

Tidak mudah menyama-ratakan jawaban untuk semua jenis penyakit yang muncul. Kecenderungan itu bisa jadi memang betul. Apa dasar alasannya ?

"Tubuh kita memang tidak didesain untuk menghadapi abad modern," ujar Prof. Randolph Nesse dari Universitas Michigan, Amerika Serikat. Sebagai tokoh Darwinisme medicine, ia teguh pada pendirian bahwa pola dan gaya hidup modern yang membuat lebih banyak orang sakit, selain jenis penyakit (baru) bermunculan.

“Penyakit manajer?yang di dunia medis dikenal sebagai Manager’s diseases merupakan bukti ada ketidaksesuaian pasak dari tiang (mismatch) antara tubuh manusia dengan lingkungannya. Rumah sakit modern banyak merawat orang yang menjadi korban mismatch, yang kondisi fisiknya tidak lagi seperti nenek moyangnya dulu. Salah satunya, soal diet.

Tubuh kita sesungguhnya didesain berjalan kaki 20 mil sehari untuk mencari makan dan minum. Dietnya dipetik dari alam dari jenis yang serba berserat, rendah lemak, dan amat sedikit garam dapur.

Kultur makan seperti itu yang masih tersisa di zaman modern, kita temukan pada orang Eskimo, suku Dayak, dan suku-suku di pedalaman lain. Mereka tidak gemuk, tidak darah tinggi, tidak mengidap sakit jantung atau kanker sebanyak orang modern.

Perjalanan evolusi manusia yang menyebabkan kebanyakan manusia sukar mematuhi nasihat kesehatan. Tubuh kita juga mudah beradaptasi untuk menyukai yang sebetulnya tidak sehat, seperti merokok, menu berlemak, dan kurang gerak. Itu sebab penyakit-penyakit yang dulu tak muncul, kini bermasalah.

Manusia makin jadi pecundang tiap kali menempuh perjuangannya melawan penyakit. Kurang menu berserat, banyak lemak dan daging, tak lancar buang air besar yang banyak dikeluhkan orang modern menjadi penyebab mengapa kanker usus besar semakin meningkat pada orang modern.

Terlalu Asin

Satu dari 11 orang di dunia mengidap darah tinggi. Suku Hunza di Pakistan rata-rata panjang umur. Mereka lebih banyak makan sayur, umbi-umbian, dan bebuahan.

Terbukti sekarang bahwa mereka yang vegetarian sepérti suku yang rata-rata berumur panjang itu tensi darahnya lebih rendah dibanding orang yang menu hariannya banyak daging. Kita tahu daging dicerna lebih lama dibanding sayur. Untuk mengompensasi pencernaan itulah tubuh membutuhkan oksigen lebih banyak dalam metabolismenya.

Penyakit kultur modern menggiring kita makan lebih banyak garam dapur. Asin menjadi cita rasa dominan. Asupan garam dapur orang Amerika, seperti juga kultur modern umumnya, rata-rata 9 gram (hampir dua sendok teh), yang diperoleh dari restoran dan makanan siap saji. Padahal, kebutuhan tubuh paling banyak hanya 2,5 gram saja. Kelebihan sodium itu yang membebani tubuh, dan itu yang berakibat tingginya angka hipertensi di kalangan orang modern.

Waktu dinas di puskesmas di wilayah Bogor dulu, saya pernah mengamati, angka hipertensi penduduk desa (yang kebanyakan suku Sunda) yang berobat ke puskesmas cukup
tinggi. Selidik punya selidik, ternyata asupan garam dapur hariannya tinggi. Mereka yang rata-rata suku Sunda itu mengasup lebih banyak ikan asin, dan menunya cenderung serba asin. Menu serba asin itulah yang membuatnya jadi darah tinggi. Darah tinggi ternyata bukan monopoli orang gedongan.

Sekarang di negara maju, para dokter berlomba menciptakan diet sehat DASH untuk mengendalikan hipertensi (Dietary approach to stop hypertension). Dasar ilmiahnya menekan kandungan natrium (sodium) menjadi serendah mungkin, dengan pilihan menu lebih banyak sayur dan buah ketimbang dedagingan. Asupan sodium orang Amerika yang mengonsumsi 9 gram garam dapur sekitar 3,5 gram/hari. Itu jauh melebihi kebutuhan harian sodium tubuh.

Ketegangan hidup orang modern juga merangsang saraf simpatik (penggiat), akibat hormon stres adrenalin terus diperas membanjiri darah. Itu juga yang memacu tekanan darah orang yang hidup di kota besar menjadi lebih meningkat (diastolic hypertension), batas tekanan bawahnya cenderung terus meninggi.

Orang modern yang sebetulnya tidak berbakat darah tinggi (sebagian hipertensi sebetulnya bawaan), tensinya berfluktuasi naik turun melompat-lompat tak terkendali. Tensi liar begini disebabkan antara lain oleh konsumsi daging, lemak, kolesterol yang berlebihan.

Pembuluh arterial cenderung menguncup (konstriksi).

Kalangan medik menjuluki gejala ini sebagai kultur McDonaldization, ketika gerai burger di mana-mana sudah merambah ke desa-desa.

Kurang Gizi

Dulu tradisi makan orang desa rata-rata bersumber dari ubi, singkong, jagung, yang oleh kultur orang modern berubah menjadi roti, makanan kaleng, penyedap, dan menu olahan.

Pada saat yang sama, orang modern sendiri kini sudah mulai menyadari pentingnya menu yang kembali ke alam, dengan memilih sayur dan buah organik, makan gandum, umbi-umbian, dan menjauhi menu restoran siap saji.

Orang modern belakangan ini banyak belajar dari cara makan orang Eskimo dan penduduk Okinawa Jepang yang lebih banyak mengonsumsi ikan. Dan orang Italia yang doyan makan kacang-kacangan. Dari suku Hunza yang panjang umur sebab menu utamanya dari alam. Sementara pada saat yang sama hampir semua hidangan menu modern banyak kehilangan zat gizi yang dikandung bahan alam.

Sebagian zat gizi yang bersifat esensial.

Jangan anggap enteng kekurangan zat nutrisi dalam menu harian. Gejala orang modern menderita kekurangan gizi, bukan isapan jempol belaka.

Kejanggalan itu terjadi lantaran cara kita merawat hidup sudah menyalahi kaidah hidup yang sesual desain tubuh kita. Struktur dan susunan gigi geligi manusia saja sudah memperlihatkan kalau tubuh kita didesain untuk lebih banyak mengasup makanan berserat ketimbang dedagingan.

Kekurangan vitamin, mineral, berpotensi memunculkan penyakit baru atau penyakit yang seharusnya tidak ada. Peran vitamin B6, B12, asam folat terhadap homocysteine, misalnya.

Belakangan ini diketahui kalau asam amino homocysteine yang ada dalam darah menyumbangkan efek pembentukan karat lemak pembuluh darah koroner dan otak (Dr. David Tanne). Kadar homocysteine ternyata lebih tinggi dibanding orang normal pada orang orang yang mewarisi gen itu. Faktor homocysteine merupakan penimbang lainnya yang menyokong terbentuknya karat lemak dinding pembuluh darah (aterosklerosis).

Kolesterol tinggi saja belum tentu membentuk karat lemak bila homocyteine tidak tinggi, atau bila tidak ada peradangan pembuluh, atau bila tak ada lemak jahat lainnya. Itu maka perlu dilihat kalau terbentuknya karat lemak disumbangkan oleh banyak faktor, selain tingginya lemak darah.

Kadar homocysteine tinggi bisa ditekan oleh vitamin B6, B12, dan asam folat, yang murah dan mudah didapat dalam menu harian. Namun, bila menu harian kita kebanyakan menu olahan, bukan menu alam, bisa kekurangan vitamin yang murah itu.

Selenium, manganese, magnesium, kendati dalam takaran sedikit, tetap dibutuhkan demi kesehatan jantung, misalnya. Juga peran koenzim Q1O (CoQ10) pada fungsi jantung.

Diduga, menu dan cara makan orang modern banyak menurunkan kecukupan zat gizi harian. Di antaranya, zat gizi esensial, yakni yang harus ada dalam menu, sebab tubuh tak bisa membuatnya sendiri.

Teori yang menyebutkan bahwa tubuh kita diprogram untuk mampu hidup sampai 120 tahun, akan sia-sia bila tidak didukung upaya perawatan optimal. Kunci besar untuk itu ada pada diet harian kita.

Diambil dari BLOG BYE LEE YONG.

Jumat, 09 Januari 2009

Kecelakaan di jalan

Beberapa hari yl ada kecelakaan, 2 orang pelajar SMU naik sepeda motor. Mereka menunggu di sebuah palang / pelintasan kereta api. Karena tak sabar, mereka nekad nyelonong, dan kereta api langsung 'membunuh' mereka. Hi... kasihan ya?

Jumat, 07 November 2008

Aku tidak merokok dan minum minuman keras

Ya, itu keputusanku sejak SMP, sebab papaku meninggal karena terlalu banyak merokok, sehingga paru-parunya rusak. Sejak saat itu (1982) aku memutuskan tidak merokok. Hingga sekarang, umur 40.

Ada orang mati kena serangan jantung

Hari ini ada kabar, seorang dosen meninggal gara-gara serangan jantung. Tapi sebelumnya ada yg bilang dia baru saja tanda tangan ratusan ijazah. Apakah kematian itu kehendak TUHAN? Ya pastilah... tapi kalau tanda tangan segitu banyak ijazah... apa itu boleh kusalahkan sebagai 'salah satu' penyebab kematiannya?